VIVAnews - Bank Indonesia (BI) menilai tingginya inflasi 2010 dari target yaitu 6,96 persen tidak perlu diredam dengan kebijakan moneter. Pasalnya kenaikan inflasi itu dikarenakan faktor volatile inflation, sehingga tidak perlu kebijakan moneter atau menaikkan BI Rate.
"Kenaikan harga volatile itu tidak melihatnya sebagai fenomena
moneter," kata Gubernur BI Darmin Nasution dalam keterangan pers di
Gedung BI, Jakarta, Rabu, 5 Januari 2010.
Menurut Darmin, BI hanya akan menanggapi kenaikan inflasi jika memang tercatat adanya kenaikan pada inflasi inti (core inflation). Catatan BPS menunjukan core inflation sepanjang tahun 2010 hanya sebesar 4,28 persen. "Core inflation itu masih dalam range yang kami perkirakan, bahkan di bawah perkiraan kami," katanya.
Kendati inflasi inti masih di bawah perkiraan BI, Darmin mengatakan,
inflasi tinggi bakal menyebabkan ekspektasi inflasi yang meningkat.
BI berharap agar volatile inflation dapat segera
dikendalikan pemerintah, paling tidak untuk komoditas beras.
"Kalau tidak bisa, kami percaya ekspektasi inflasi akan naik. Kalau
volatile inflation naik nantinya bisa membuat inflasi inti juga akan
naik," kata Darmin. "Kami memang tidak mengharapkan itu terjadi,
kalaupun terjadi BI akan menjawabnya dengan kebijakan-kebijakan."
Seperti diketahui inflasi 2010 nyaris menyentuh 7 persen atau 0,96 persen. Inflasi inti setahun tercatat 4,28 persen. Sementara inflasi bulan Desember sebesar 0,92 persen. Naiknya inflasi yang melebihi target pemerintah dan BI ini tidak membuat BI mengubah BI Rate atau tetap di level 6,5 persen.
• VIVAnews Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.View the original article here
This post was made using the Auto Blogging Software from WebMagnates.org This line will not appear when posts are made after activating the software to full version.
0 comments:
Post a Comment